Bangkitnya semangat lama

By Padd - Monday, March 12, 2018




"Sebut saja beliau bapak Y. Saat masih kecil, si bapak Y ini pindah rumah mengikuti ayah dan ibunya ke rumah dinas tentara dan otomatis harus pindah sekolah juga. Karena beliau anak pindahan, beliau susah untuk mendapatkan teman di sekolah. Otomatis kebutuhan untuk berkembang di sekolahnya  sempat tersendat. Beliau pun menghabiskan waktunya bermain sendiri di rumah. 

Seiring berjalannya waktu, ayah dan ibunya sering bertengkar hingga ayahnya memukuli ibunya. Karena ibunya yang tidak berani melawan ayahnya, ibunya melampiaskan kemarahannya ke bapak Y (dalam teori Freud, yang dilakukan ibunya masuk dalam kategori pertahanan ego bagian displacement yaitu melampiaskan ego ke orang lain yang menurutnya tidak akan mengancam bahaya). Karena rumah bukan lagi tempat yang aman baginya, beliau mencari kesenangan lain dengan keluar rumah dan bermain di kompleks rumahnya. Saat itu beliau bertemu dengan teman baru. Ia kembali menemukan kebahagiaan yang sempat redup dan kebutuhan berkembangnya pun tetap berjalan. 

Namun, saat beliau mencapai usia 10 tahun, sahabatnya harus pindah dan akhirnya meninggalkannya. Seketika dunia seperti runtuh baginya. Akhirnya, walaupun bapak Y tetap berkembang secara fisik, namun secara mental, perkembangannya berhenti di usia 10 tahun. 

Long story short, ia menekan semua kejadian-kejadian masa lalu tersebut ke alam bawah sadar, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Ia masuk ke sekolah tentara dimana ibunya menyuruhnya untuk menjadi tentara seperti ayahnya. Ia kemudian menikah dengan wanita yang dijodohkan ibunya. 
Karena bapak Y sering dinas keluar kota, istrinya ternyata selingkuh dengan alasan kesepian ditinggal oleh bapak Y.  Mereka kemudian bercerai tanpa mempunyai anak.

Tidak mau terpuruk diusianya yang sudah tua, ia mengumpulkan semangat hidupnya dengan menghabiskan waktu untuk mengajari anak-anak jalanan. Saat mengajari anak-anak inilah, muncul rasa sayang yang menyimpang kepada anak laki-laki yang berusia kurang lebih 10 tahun. 

Kedekatan secara emosional ini muncul akibat secara mental perkembangannya berhenti diusia 10 tahun (dimana ia nyaman berinterkasi dan berekspresif di depan anak kecil dan menunjukkan sikap pendiam saat dihadapkan dengan orang dewasa). Ia merasa dekat secara emosional kepada anak berjenis kelamin laki-laki karena sahabatnya berjenis kelamin laki-laki dan akibat traumanya kepada ibunya yang selalu melampiaskan kemarahannya kepada bapak Y, dan trauma kepada istrinya yang berselingkuh. Ia  merasa bahwa anak laki-laki yang ia bina mengasihinya sehingga ia melakukan sodomi kepada mereka"

saya tercengang mendengar pak Salis bercerita mengenai kasus Pedhopilia yang senior angkat dalam skripsinya. mungkin untuk sebagian orang, kalo udah bejat yaa semua juga dinafsuin. namun, pandangan psikologis melihat kasus bapak Y (dan kasus-kasus menyimpang yang lain tentunya) tidak terlepas dari kejadian-kejadian di hidupnya. dalam teori Freud dan Gestalt, kasus bapak Y merupakan unfinished business (konflik masa lalu yang belum selesai) yang ia tekan ke alam bawah sadar. Ia tidak sadar bahwa hal-hal yang terjadi di masa lalu seperti ibunya yang abusive dan istrinya yang selingkuh membawa trauma tersendiri yang membuat ia melakukan hal-hal menyimpang. 

Semester ini angkatan kami diselipkan mata kuliah baru yaitu Tes Psikologi Lanjut, dimana matkul ini adalah lanjutan dari matkul Tes Psikologi yang mempelajari berbagai macam tes seperti tes kepribadian, bakat minat, dan lain-lain. Saya yang dari SMA sudah sangat tertarik dengan Psikologi Klinis kemudian "pura-pura" membenci psikologi klinis karena matkul Psikologi Kepribadian dapet C+ WKWKWKK dan saat matkul Tes Psikologi sempat trauma karena bu Susan membaca hasil tes kepribadian saya (tes yang menggambar pohon, orang, dan menyambung gambar. most people pasti sudah pernah ikut tes ini)  di depan kelas and you know kan yaa diri ini punya berbagai macam perilaku menyimpang :"( and well rasanya seperti ditelanjangi di depan kelas uhuuukkkkk.

Tapi keinginan untuk mendalami Psikologi Klinis kembali muncul saat pak Salis ngajar Tes Psikologi Lanjut. wowww, semua keinginan jaman SMA untuk mengupas lebih dalam individu-individu menyimpang level dewa (such as halusination, Dissacociative identity disorder, schizophrenia, etc) kembali memuncakkkk. Sungguh, setelah bu Priska, dosen favorit saya bertambah satu (yee gimana ga mau bagus ngajarnya, S3nya di London cuyy. eh tapi awalnya mengira pak Salis cuma menang nama doang, ternyata ga boleh suudzon ehehehee).

Dalam matkul Tes Psikologi Lanjut ini, kita akan diajarin tentang TAT (Thematic Apperception Test), Rorsach dan SSCT. untuk sekarang, pak Salis baru ngajar sampe teori dasar TAT.

i know it's probably not the reader's bussiness knowing about this kind of topic wkwk tapi yaaa siapa tahu ada perilaku menyimpang yang bisa kalian diagnosis setelah membaca entry ini wahahahaaa *Pad sok-sokan berguna bagi bangsa.

sebelum masuk ke TAT, kita diajarin dulu teori dasar Proyeksi. Proyeksi itu pelampiasan keluar dorongan-dorongan. konflik-konflik yang sebenarnya milik kita, tapi (mungkin karena malu atau alasan lain) menjadi seolah-olah milik orang lain sebagai mekanisme pertahanan ego. 

Inget kan kasus diatas saat ibunya bapak Y dipukulin bapaknya, bukannya balik marah atau mukulin bapaknya, ibunya malah mukulin bapak Y waktu masih kecil. kenapa sih kayak gitu? kalo kata Sigmund Freud sih itu sebagai pertahanan ego ibunya yang pengen melampiaskan kemarahannya tapi takut sama suaminya. makanya dia nyerang bapak Y karena ibunya merasa yaa kalo mukulin anak kecil mah amaann, palingan juga cuma nangis doang si bocah. itu namanya mekanisme pertahanan ego displacement/ pengalihan. mekanisme pertahanan ego ini buanyak banget, saya diajarin dari semester 2 tapi sampe sekarang kagak hapal-hapal wkwkwk padahal hampir setiap manusia paling tidak memakai salah satu atau salah dua mekanisme pertahanan ego di kehidupan sehari-harinya.

Nah, contoh sederhana dari proyeksi ini sebenernya ada di kehidupan sehari-hari. makanya saya bela-belain nulis ini, biar kalian ikut gusar dan cemas kayak saya yang setiap ngelakuin sesuatu pasti langsung mikir "astaghfirullah tadi saya make mekanisme pertahanan ego. atau astaghfirullah, tadi saya kok ngelakuin proyeksi yaa?" wkwkwkwkkk *Pad sungguh jahat

misal nih, ada cewek namanya Rara. Rara ini sebenernya suka sama Beni. tapi karena dia gengsi, setiap ditanyain temen-temennya, dia selalu bilang "ihhh bukan aku yang suka Beni, dia tuhhh yang suka aku". lol, dasar mba kepedean yaakkk. 

contoh lain nih, ada cewek namanya Delima. Delima nih ngga suka sama temennya, si Mawar. tapi karena sebenarnya dalam moral dan budaya kita ga boleh kan yaa gampang benci ke orang lain, akhirnya dia menutupi semuanya. setiap ditanya temennya "eh lu kenapa ga bareng Mawar?" nah, dia jawab tuh "kagak sih, cuma kayaknya si Mawar ga suka gua dah. makanya ya udah capek juga gua ngeladenin Mawar". Eaakkkk, napa dah nih logat udah kayak orang Betawi yakkk.

dua contoh diatas itu masih proyeksi ringan (Simple Projection), dimana mereka memutarbalikkan fakta, seolah-olah konflik-konflik itu punya temennya, padalah mah punya dia. Tapi yaa gaboleh dilakuin terus menerus, nanti bisa jadi delusional.

Contoh Proyeksi agak akut (Inverted Projection) tuh kayak gini:

ada cowok sebut saja Doni. Doni nih, sebenernya suka sesama jenis (gay). Kalo dalam teori Freud, kepribadian kita itu ada Id, Ego, dan Superego. Id itu dorongan-dorongan nafsu yang pengen dipuasin (contohnya makan, hubungan seksual, pengen kaya, pokoknya segala jenis keinginan). Ego itu yang bakal nurutin kemauan Id dengan mencari jalan yang se-real mungkin. Nah, superego itu yang nahan-nahan ego kalo ternyata id itu menyimpang.  Si Doni kan gay (he is being gay is the Id) , satu-satunya jalan untuk melampiaskan keinginannya adalah punya pacar gay juga (itu egonya) tapi karena gay gak diterima masyarakat, jadilah dia nyembunyiin kalo dia gay (superego). Gituuu...

Lanjut yaa ke masalah Doni. Formasi Proyeksi akut Doni bakal seperti ini:
I Love Him -> I Hate Him -> I "thought" he hates me -> I hate him because he hates me

I love him, tapi karena keinginan (Id) itu gak bisa diterima masyarakat, akhirnya jadi i hate him. walaupun udah merasa lega, tapi tetep aja membenci orang tanpa penjelasan pasti termasuk ga baik di mata masyarakat. akhirnya tanpa sadar Doni mikir i thougt he hates me, "ahh kayaknya dia benci gue deh". Karena pemikiran gak sadar yang dia buat itu, muncullah pemikiran baru i hate him because he hates me, "ahhh gue gak mau maen sama dia, gue gak suka dia karena dia yang duluan gak suka sama gue". gituuu sahabat laptopp wkwkwkk.

Setelah penjelasan dari pak Salis ini, setiap kali saya merasa orang lain kesel sama saya, pasti langsung parno sendiri "astagaa jangan-jangan saya yang ga suka dia, tapi saya memutarbalikkan fakta" wkwkwkk lol.

Contoh kasus Doni itu mengingatkan saya pada teman SD yang memang perangainya kecewe-cewean (Caca tau ini siapa wkwkwkk). sebut saja namanya Indra. Indra nih suka banget main sama cewek, setiap cowok-cowok manggil buat main, dia pasti gak mau. kita (gerombolan cewek) yang bingung dan kesel si Indra ngekor mulu pun nanya "kenapa sih nda mau main sama cowok?" dia langsung jawab kalo cowok-cowok itu suka jahat sama Indra, kalo main selalu kasar dan seolah-olah pengen Indra tuh kalah mulu. Setelah dipikir-pikir lagi, jangan-jangan si Indra (yang emang berperiku gemulai) emang beneran suka sama cowok, tapi karena hal itu ialah perilaku gak wajar, dia pun membenci cowok-cowok di kelas. Tapi karena membenci tanpa alasan itu juga gak baik, jadilah dia mengubah reaksi formasinya menjadi "si cowok-cowok suka jahat ke saya makanya saya gak mau main bareng mereka".

Jadi yaa, sebenernya inti dari entry kali ini cuma mau bagi-bagi ilmu aja sih. atau sebenernya bagi-bagi kecemasan, semoga setelah membaca ini, kalian mulai cemas dan parno sendiri yaa wahahaahhaaa. 
Nulis ini juga karena excited, setelah sekian lama pura-pura ga tertarik sama Psikologi Klinis hehehehee. 




  • Share:

You Might Also Like

0 comments