Manusia-manusia sering khilaf

By Padd - Friday, October 06, 2017



Pernah nda sih, kalian serasa pengen menenggelamkan diri ke laut, atau menimbun diri ke tanah, atau sekalian deh pindah ke Mars karena malu (lebay)? Jadi, itu yang saya rasakan beberapa hari lalu. bukan, bukan malu akibat pernah tersandung di depan ka Farhan karena dibuat salting ka Cika, juga bukan malu karena berusaha menahan pintu rusak saat buang air kecil di toilet kereta api  yang digedor-gedor ibu-ibu kebelet pipis, karena itu sudah biasa. Malu yang saya ingin ceritakan adalah malu dimana ternyata saya egois sekali yaa. Malu dimana ternyata saya selalu memposisikan diri seperti "hehh dunia, sayalah orang paling nelangsa di jagad raya". Egois sekali saya, semua jatah mengeluh saya ambil tanpa bagi-bagi ke orang yang lebih membutuhkan. 

Kita semua pasti pernah mengeluh kan? apalagi saya. pokoknya pagi, siang, malam pasti ada saja keluhan yang terlontar. maklum, saya bukan bidadari surga wahahaa. Mulai dari mengeluh capek, padahal kerjaannya tidur mulu. ngeluh lapar, padahal mah tinggal beli. ngeluh ini-ngeluh itu. Apalagi ngeluh fisik. ngeluh jerawatan-lah, ngeluh karena pendek, karena gendut, karena pesek. dari ujung rambut sampai ujung kaki sudah pernah saya keluhin. Tapi yaa, mau dibagaimanakan lagi, setiap buka instagram, yang muncul muka orang cantik semua (yaa iyalah, karena yang difollow nda pernah tuh akun-akun sosial. adanya mah akun-akun sosialita).

Kita semua sering mengeluh kan? lantas bagaimana dengan anak-anak ini? anak-anak yang beberapa hari lalu saya temui. anak-anak yang jatah mengeluhnya sudah kita pakai, tidak ada sisa untuk mereka. Anak-anak itu dengan gembiranya menyapa saya dan Jiong, padahal kenal pun tidak. mereka yang menyapa duluan!! dengan kursi rodanya, mereka menghampiri kita dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Cacat fisik dan mental loh mereka ini, kita cacat apa? mereka down syndrome, disfungsi otak, tunalaras, disleksia, gangguan sosial, dan lain sebagainya. semua ini sudah saya pelajari di semester 1, Psikologi perkembangan nama mata kuliahnya. tapi turun langsung melihat dan berinteraksi dengan mereka lah yang menyadarkan saya. 

Kesadaran yang betul-betul saya rasakan ini bermula dari kunjungan ke Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC)  Malang. Karena tugas, saya dan teman sekelompok pun kesana untuk memberi pelatihan Psikologi selama 1 hari penuh untuk guru dan para staff. Dihari pertama dan kedua, saya nda merasa ada gejolak simpati yang merembet. paling-paling cuma "iyaa duhh kasihan yaa". maklum, hari pertama dan kedua, saya belum bertemu anak didik mereka, karena masih tertahan di ruang informasi. Long story short, anggota yang lain berhalangan, saya dan Jionglah yang kembali kesana setelah seminggu lebih digantung. Alhamdulillah proposal kami diterima. Saat menunggu ketua yayasan inilah yang membuat benih empati saya tumbuh. Sapaan mereka, tawa mereka, semangat belajar mereka dengan keterbatasan fisik dan kognitif yang ada. Malu sekali karena sering mengeluh secara sadar dan tidak sadar. 

Bahkan, saat SMA dulu saya berpikir bahwa enak sekali yaa orang gila itu. tidak pernah sedih, tidak pernah merasa bersalah, yang terpampang yaa raut wajah bahagia. tidak peduli dengan deretan gigi yang menguning dan cemooh orang saat dia menari di jalan dengan bau badan yang menyengat. Hidup itu mudah bagi orang gila. dilucutinya semua kesengsaraan. Tapi, makin kesini, saya makin sadar, itu bukanlah suatu kenikmatan. akal pikiranlah yang membuat manusia lebih tinggi derajatnya dari makhluk lain, dan itu yang mereka tidak punya. sungguh, gampang sekali sebenarnya hidup kalau kita pandai bersyukur. Tapi bagaimana yaaa, kita hidup di jaman yang semua berlomba-lomba meraih segalanya. dan saat kita tidak bisa meraih itu, kita jadi terlalu berlarut-larut sehingga sering menyalahkan takdir. belum lagi dengan munculnya media-media sosial yang membuat kita tambah insecure karena nda bisa jadi seperti mereka. Jujur saja deh, kalau liat orang cantik di instagram, terkadang kita berandai kan, "duuh kapan yaa secantik mereka" instead of langsung terinspirasi dan berubah. karena terlalu banyak berandai itulah, muncul rentetan keluhan tanpa adanya usaha.

Padahal, saya sudah sering sekali baca kalau kita bersyukur, pasti Allah berikan lebih. bahwa Allah selalu memberi apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Allah maha tahu apa yang terbaik, tapi susah sekali yaa  rasanya untuk mengimplementasikannya langsung ke kehidupan. kalaupun tergerak hatinya, paling-paling itu cuma sebentar. besoknya saya ngeluh lagi wkwk. tapi yaa begitulah sifat manusia, tidak ada yang sempurna sih. makanya Allah selalu membukakan pintu maaf, karena Dia maha tahu kita sering khilaf. kita sering lalai. tapi semoga saja kita bukan orang-orang yang lalai hingga akhir hayat, aamin ya rabbal alaamin.


  • Share:

You Might Also Like

0 comments