hanya septong cerpen
By Padd - Thursday, July 12, 2012
Kita mengisi halaman halaman kosong kehidupan kita dengan
denyut nadi. Sesudahnya, kita bertemu bagai angin mengecup pucuk-pucuk daun dan
berlalu begitu mudah. dan kita pun bertemu lagi dengan perasaan yang asing
hingga kita begitu sulit memahami siapa diri kita sebenarnya.
Di ruang kosong yang semula dipenuhi pernik cahaya
matahari, kita bertatap muka penuh gairah. Di penjuru ruang kosong itu
bergantung bola bola rindu penuh warna dan aroma. Bola bola itu bergesekan satu
dengan lain, mengalirkan irama-irama lembut beethoven dan pavarotti. Irama itu
menyayat-nyayat hati kita hingga mengukir potongan sejarah baru. Bagaikan sepasang
angsa putih yang menari-nari di bawah gemerlapan cahaya langit, sejarah itu terus
ditulisi berkepanjangan. Akan tetapi, setiap perjalanan, pasti ada ujungnya. Setiap
pelayaran, pasti ada pelabuhan singgahnya. Setiap cuaca benderang ditingkahi
temaram, bahkan kegelapan.
Kita bagaikan tak punya pilihan saat berada di persimpangan
tak bertanda. Syukurlah, kita tak pernah kehilangan arah tempat bertuju di
perjalanan berikutnya. Hidup ini penuh gurindam dan bidal Melayu yang memagari
ruang dan langkah kita menuju titik terjauh yang harus dilompati.
Apa perasaanmu kini? Kautelan kesendirian itu dikejauhan
sambil berharap matahari akan bercahaya segera menerangi kisi kisi hati yang
tersapu luka rindu. Andai kita bisa menolak gumpal awan dan menyeruakkan
matahari kembali, begitulah takdir yang hendak kita bentangkan di kitab sejarah
sepanjang masa. Tetapi, kita akan cepat lelah. Menyeruakkan awan untuk menyembulkan
garang matahari bukanlah hal yang mudah. Kita butuh sejuta cakar dan tangan
untuk menaklukkan segenap awan dan matahri itu.
Garis panjang waktu itu mendedahkan
kemungkinan-kemungkinan yang sulit diraba. Banyak ancaman yang siap mengepung
hingga merobek tabir kesetiaan. Ya, kesetiaan tak kasatmata. Hanya ada di bilik
hati.
Fakhrunnas M.A. Jabbar
2 comments
Terimakasih ya, sudah mengutip potongan cerpen ini. Salam, Fakhrunnas MA Jabbar (Riau)
ReplyDeletekebetulan potongan cerpen ini ada di buku bahasa indonesia yang saya pakai di sekolah. dan setelah saya baca, saya jadi terinspirasi untuk kembali belajar menulis lagi. karena saya rasa potongan cerpen ini sangat menginspirasi dan menambah semangat belajar, oleh karena itu saya mengutipnya. saya harap pelajar lain bisa terinpirasi juga :)
Delete