Lelah tidak membuat lupa

By Padd - Friday, September 28, 2018




Dia selalu percaya, hanya dengan mengatupkan matanya jejak air mata itu akan hilang. Namun nyatanya angin musim kemarau tidak pula berhasil mengeringkan luapannya. Di siang yang menyengat, ia mengubur diri diantara sesak-sesak pasar Tangga Arung yang berkeringat. Berkutat dengan mesin jahit, serta leher dengan meter yang dililit. Sesekali mendelik, menyumpahi bau busuk baju pelanggan yang tidak dicuci. Dia selalu percaya, alam sadarnya akan disibukkan dengan bau busuk dan lelah disekujur badan.
Pada malam yang dipenuhi lampu kota, ia membaur bersama riuh rendah pasar malam yang sudah seperti kawanan lebah siap perang. Berdiri di depan minyak penggorengan pisang, sesekali berteriak menjajalkan gorengan pada orang yang lalu lalang. Tubuh tetap dibanjur keringat, walau angin malam menghantam pundak. Pandangannya tertumbuk pada siraman lampu jalan. Apa gunanya keramaian, jika kesepiannya selalu berulang?
Disisa-sisa malam, ia mencoba untuk beristirahat. Kata orang, lelah akan membuatnya lupa. Namun bayangan ibu masih saja berkelebatan. Samar namun tak kunjung memudar.
Dulu ibu selalu bertanya, apa mimpinya? Ia selalu menjawab, masih ada waktu memikirkannya. sekarang ia tahu jawabannya. Tapi kenapa ibu malah pergi meninggalkannya? Ia ingin kembali pada mula. menyambut ibu ketika pulang.



(Pasar Tangga Arung, Tenggarong 24 Agustus 2018)

  • Share:

You Might Also Like

0 comments