Semoga saja.

By Padd - Monday, February 05, 2018



Diam-diam, menghanyutkan.
Diam-diam, meresahkan.
Dengan pedangnya, ia membabat habis alang-alang di depannya.
Aku tanya, "kenapa kau hanya potong pangkalnya? Kata ibuku harus dipotong dari akarnya".
Bibirnya mengulum senyum, "nanti saja", ucapnya.

"belum sampai juga?"
Mengangguk, itu jawabannya.
Menunduk, itu posisi kesukaannya.
Sesekali, ia mengangkat kepala.
Menepuk-nepuk tangan keudara, sampai-sampai aku harus bertanya "kenapa?"
Nyamuk. Ribut. Katanya.
dia lebih tertarik pada ngiang nyamuk rupanya.
"Ibuku bilang kau sungguh tampan. Ke Jakarta saja, biar jadi artis" tenang, itu hanya kalimat di kepala.
Apa harus benar-benar memberinya stimulus seperti  itu, supaya dia tidak seperti robot, membisu saja kerjanya.

Dia terus berjalan, memangkas alang-alang.
Ini masih pagi, namun peluhnya sudah sekujur badan.
Ibu berulang kali memujinya. ia selalu sholat, juga sungguh tampan.
Aku mengakuinya, ia memang tampan.

Dia terus berjalan. pangkas, pangkas, pangkas, hingga tuntas.
"Kenapa tidak bawa ponsel? Susah dipanggil, kebun ini luas".
"Bingung bacanya, kalo ada sms". Ia tersenyum miris. Aku pun meringis.
Mengutuk diri. Lupa, ibu pernah bilang 25 tahun hidupnya, sungguh tidak berjalan manis. 

Kabut sedari tadi memudar. 
Semak belukar, dedaun jalar, ayo musnah saja. Dia sudah lejar.
Aku juga iba, terik mulai membakar.
"Kapan sampai?" Aku tanya sembari waspada sana-sini, 
jangan lengah ini kebun binatang. 
"Sedikit lagi".
Orang tampan memang jago membual.

"Jauhnya kayak mau pingsan".
Ia tergelak, aku ingin marah. 
Orang tampan tidak boleh tertawa, 
Wanita bisa hilang akal. 
"Kalo Qisti sudah terbiasa, sejak bisa jalan sudah dibawa ke kebun." Aku diam saja.
Senyumnya merekah, mungkin mengingat Qisti yang ada di rumah. 
Diam-diam, menghanyutkan.
Diam-diam, meresahkan.
Ibu selalu memujinya. Ia rajin sholat, juga sungguh tampan.
Papa selalu memujinya. Ia masing sangat muda,  pekerja keras, juga sungguh tampan. 

Ia berjalan, memangkas tuntas alang-alang.
Aku dibelakang, mulai mebangun angan-angan.
Terlepas dari susahnya hidup yang menggelantung di pundaknya, 
Semoga semua wanita mendapat sosok seperti dia. 
Rajin sholat, masih muda, pekerja keras, tidak lupa imbuhan "sungguh tampan".
Aku tidak main-main, ia sungguh tampan. 
Qisti akan bangga. Ayahnya pekerja keras, juga sungguh tampan. 


  • Share:

You Might Also Like

0 comments