Karena rindu tidaklah bersyarat

By Padd - Saturday, September 30, 2017



Rindu itu bikin pusing. Memang benar tidak ada larangan untuk leluasa merindu. tapi jadinya bikin orang pusing memikirkan bagaimana menyudahi rindunya. Saya berbelas kali tengok sana-sini setiap kali berada di kampus yang bising. saya coba tebak-menebak punggung orang, apa betul itu orangnya. sebenarnya gampang saja kalo mau bertemu. tinggal chat, kemudian atur jadual untuk berjumpa. tapi, itu yang jadi masalahnya. saya memupuk rindu pada orang yang tidak begitu dekat dengan saya. ini nih yang bikin pusing. rindu itu bebas. rindu itu tidak bersyarat. rindu itu aneh. tidak begitu saling kenal, tapi kok rindu. sungguh menyalahi aturan wahahaha.

Jadi, namanya mba Novi. Yang menyangka saya bakal rindu pada sosok laki-laki, itu salah besar hehehe. Dia perempuan tulen, bahkan kalau ada laki-laki soleh yang bertemu dengan mba Novi, saya 100 persen akan berhusnudzon kalau si laki-laki soleh ini akan menshalawatkan mba Novi untuk jadi jodohnya. mba Novi itu sangat sederhana. Penampilan yang sederhana serta tutur kata yang seadanya. Saya dan mba Novi dipertemukan kurang lebih dua tahun lalu. Dia kakak pembimbing saya saat ospek dulu. Sungguh, pembicaraan kita dua tahun ini tidak ada yang bersifat personal. Hanya sekedar bertanya kabar, kegiatan, serta meminta bantuan tentang tugas-tugas kuliah.  

Tapi dibalik perbincangan kami yang ringan itu, mba Novi tidak lupa untuk menyelipkan semangat dan masukan untuk menjadi lebih baik. Menjadi lebih baik dalam hubungan habluminannas dan habluminaallah. Dia yang mengetahui saya tertarik dalam bidang kepenulisan, selalu mengajak saya untuk terlibat dalam kegiatan tersebut, seperti ikut lomba PKM dan mendaftarkan diri ke organisasi kampus yaitu, JUFOC (walau pada akhirnya batal masuk JUFOC wahaha). Selain semangatnya dalam mengajak saya mempunyai hubungan habluminannas, dia juga tidak lupa mengingatkan saya tentang pentingnya habluminallah. Setiap minggunya pasti ada saja info kajian di mesjid kampus yang dia kirimkan ke saya. sungguh, kami tidak dekat. Tapi entah kenapa, dia membawa pengaruh yang begitu besar terhadap keputusan saya untuk berhijrah saat ini. dimulai dari keinginan saya memakai khimar yang menutup dada dua tahun lalu. Serta memakai gamis dikala bingung memikirkan baju yang cocok untuk dipadukan pada rok saya. Jika Arini adalah sosok teman seperjuangan dalam berhijrah, saya menempatkan mba Novi sebagai tutor hijrah saya. pembimbing saya dikala Arini juga bingung tentang suatu hal yang menghambat hijrah kami.

Sorot mata mba Novi itu teduh. Suara mba Novi itu pelan dan lembut. Sosok mba Novi itu tenang tidak mengikuti arus yang kian terjang. Walau begitu, ia bukan pribadi yang hanya hobi meningkatkan ibadahnya saja, keluar-masuk mesjid ikut kajian, tidak. Di fakultas Psikologi, dia cukup dikenal dalam menyumbangkan prestasi kepenulisannya di berbagai event lomba jurnalistik. Itu yang membuat saya tambah kagum. Dia yang menyebutkan dirinya pemalu dan sulit berinteraksi, dapat membuktikan bahwa lewat tulisan dia dapat berbicara.

Mungkin saya lebay, terserah sih. Tapi saya merasa sosok mba Novi selalu mengingatkan tentang surga. Saya yang akan dapat pahala jika berperilaku seperti dia, saya yang akan dapat pahala jika ikut kajian bersama dia. Saya pun kian rindu karena sudah 3 bulan tidak bertemu. Saya seperti rindu menjemput dan mempelajari mata kuliah saya yang baru. Rindu itu bebas. Saya tidak perlu mengenal mba Novi hingga pada titik tahu akan semua masalah kehidupannya. Saya mengenal dia secara sederhana. Tidak kurang pun tidak lebih. Rindu saya tidak berbatas pada skala kedekatan kami. Hmm…  Intinya saya rindu.

  • Share:

You Might Also Like

1 comments